UNTUK memberikan warna baru di industri musik Indonesia, Owwie hadirkan debut Dhemit yang menggabungkan beberapa jenis musik yan...
UNTUK memberikan warna baru di industri musik Indonesia, Owwie hadirkan debut Dhemit yang menggabungkan beberapa jenis musik yang berbeda. Langkah Owwie untuk dapat menggabungkan beberapa genre musik ini bukan hanya semata-mata untuk meramaikan saja, tapi juga sebagai sebuah bentuk kebebasan ber-ekspresi yang dilakukan oleh Owwie sebagai seorang musisi.
Saya memasukkan elemen musik hiphop, k-pop, reggae, dan kebetulan karena saya dari Sidoarjo Jawa Timur, maka saya tidak ingin menghilangkan identitas budaya saya dengan memasukkan originalitas musik Indonesia, yaitu Dangdut di lagu ini," kata Owwie.
Menurut dia, boleh sekali 'keren-kerenan' dengan moderenisasi, tapi tetap jangan lupa dengan identitas budaya sendiri. Lalu, alasan Owwie memilih 'Dhemit' yang dalam bahasa Indonesia berarti Hantu, tentu sudah ia pikirkan.
Kata ‘Dhemit’ sejatinya diambil dari peribahasa orang Jawa dengan kalimat ‘Dhemit ora ndulit, Setan ora doyan’ yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya adalah ‘Setan tidak mau nyolek, Setan tidak doyan’. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jika seseorang yang berlimpah harta tidak bisa mengontrol diri, maka dia akan makin dekat dan berpotensi untuk maksiat.
Apa yang ia tulis sebenarnya merupakan kejujuran situasi yang dijalani saat ini sebagai seorang perantau di ibukota. Banyak pesan yang ia selipkan di lirik ini, dengan harapan pesan itu tadi jadi pengingat untuknya dan orang banyak kalau setiap orang berhak memperjuangkan mimpi untuk sukses meski dari kampung.
Dalam pembuatan single ini, Owwie turut serta menulis lagu tersebut , mengajak Daniel Ardi Kridaningtyas sebagai song writer, Boni Paputungan atau yang biasa disebut Astagah Bonie sebagai producer, song writer juga composer, dan DJ Slide pada proses mixing dan mastering.
Dengan dirilisnya single Dhemit ini, Owwie juga berharap bahwa para penikmat musik Indonesia tidak melupakan budaya tradisional Indonesia. Menurutnya, boleh-boleh saja kita mengikuti aliran-aliran modern, tapi tetap jangan lupa dengan budaya sendiri.
