MELALUI single Adrenaline Rush yang dirilis Jumat (22/12/2023) lalu, Weda Mauve memperlihatkan perkembangannya yang pesat sebagai musisi. Si...
MELALUI single Adrenaline Rush yang dirilis Jumat (22/12/2023) lalu, Weda Mauve memperlihatkan perkembangannya yang pesat sebagai musisi. Single tersebut dikemas penyanyi asal Surabaya berusia 16 tahun ini bersama single sebelumnya berjudul Dinner dalam format maxi-single berjudul 162° F.
Menurut dia, lagunya sendiri tentang sebuah adiksi akan seseorang atau sesuatu yang seakan-akan kita tidak bisa hidup tanpa hal tersebut.
Setiap menulis lagu, aku ingin pendengar bikin spekulasi dan skenario mereka sendiri terhadap lagu-lagu yang aku buat. Memang garis besarnya adiksi, cuma sisanya dibebaskan untuk pendengar untuk mengeksplorasi cerita dari lagunya," kata dia.
Yang berbeda dari Adrenaline Rush dibanding lagu Weda sebelumnya, yakni pengaruh house music dan EDM. Hal tersebut merupakan dampak dari 'adiksi' lain yang dialaminya saat ini yakni eksplorasi genre.
Weda mengakui bahwa sejak lama bosan dengan lagu yang begitu-begitu saja dan mencoba formula baru. Serta ingin eksplorasi musik modern dengan aransemen lebih digital, bukan instrumen gitar dan sebagainya.
Eksplorasi ini juga merupakan bagian dari proses Weda dalam mengukuhkan identitasnya sebagai penyanyi, apalagi mengingat ia masih berusia belasan tahun dengan karakter vokal yang sudah berubah seiring dengan pertumbuhannya. Menurut Weda, ia sedang mencari warna suara yang cocok dan paling enak dibawakan di atas panggung.
Dalam menjelajahi hal-hal baru ini, Weda masih didampingi oleh Nurul Damar Ramadhan alias Dawairama, gitaris D’Masiv yang telah berperan sebagai produser Weda sejak awal kiprahnya di industri musik.
Hal lain yang sedang dipelajari Weda adalah metode merilis karya yang berbeda dari sebelumnya. Setelah melepas album debut Denia di 2022, kini Weda memutuskan akan mengeluarkan lagu-lagunya tanpa terikat oleh konteks sebuah album sehingga lebih bebas untuk merambah teritori musik yang beraneka ragam.
