USAI hadirkan Extended Play (EP) Gymnasium pada tahun lalu, Littlefingers menambah diskografi mereka dengan merilis single yang berjudul Ko...
USAI hadirkan Extended Play (EP) Gymnasium pada tahun lalu, Littlefingers menambah diskografi mereka dengan merilis single yang berjudul Koji. Dalam empat tahun perjalanan meramaikan industri musik Indonesia, Littlefingers terus bereksperimen dan merilis karya baru hingga akhirnya muncullah Koji sebagai single pembuka menuju album kedua mereka yang akan dirilis pada akhir tahun ini.
Littlefingers sendiri menjelaskan bahwa Koji merupakan ekspresi dari perjalanan setiap personil sebagai musisi. Menurut David Halim, musisi di Indonesia tidaklah mudah sama sekali dan penuh lika-liku dengan berbagai cerita dimana hari ini bisa manggung di panggung besar dengan ribuan penonton tapi besok bisa saja manggung di kafe tanpa penonton.
Karena itulah pengalaman kami bertiga sebagai musisi, baik buruknya ditulis dalam album kedua ini," kata dia.
Koji sendiri, lanjut dia merupakan nasi olahan yang menjadi bahan baku dalam pembuatan kecap asin Jepang, atau lebih dikenal shoyu. Sama halnya seperti menjadi seorang musisi, meskipun sudah matang secara kompetensi permainan, seorang musisi tetap harus mempromosikan dirinya, terus menulis lagu, mencari koneksi, dan sebagainya.
Hal tersebut dirasakan oleh setiap personil Littlefingers yang notabene merupakan session player di luar Littlefingers. Dalam single ini, Littlefingers menghadirkan palet yang berbeda dari rilisan-rilisan terdahulu, menandai hadirnya fase baru dalam perjalanan bermusik mereka. Tetap dengan pilihan bunyi elektronik yang khas, namun kali ini Littlefingers menyajikan nada-nada yang lebih sederhana; melawan kebiasaan penulisan mereka selama ini.
Menurut personil lain, Chika menyebutkan bahwa sebagai band ingin terus konsisten berkarya, melahirkan karya-karya yang jujur dan sesuai dengan personaliti band namun tidak ingin jadi membosankan dan stagnan. Maka dari itu dalam proses penulisan dan pengerjaan Koji mencari cara-cara baru untuk menghasilkan bunyi yang fresh.
Hal tersebut, kata dia melalui penggunaan instrumen yang berbeda dari rilisan-rilisan sebelumnya, melawan insting dan respon yang biasanya bermunculuan di kepala dalam pengerjaan musik, penulisan komposisi yang lebih tonal dan simpel, dan masih banyak lagi.
