Page Nav

HIDE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Top Ad

//

Breaking News:

latest

Artjog 2025 Mulai Disosialisasikan Dengan Ajak Seniman dan Penikmat Seni Ikut Ramaikan Lebaran Seni

GELARAN rutin bertajuk Artjog 2025 dipastikan akan terselenggara pada 20 Juni hingga 31 Agustus 2025 mendatang, namun pihak penyelenggara mu...

GELARAN rutin bertajuk Artjog 2025 dipastikan akan terselenggara pada 20 Juni hingga 31 Agustus 2025 mendatang, namun pihak penyelenggara mulai mengajak para seniman dan penikmat seni untuk meramaikan agenda tahunan tersebut. Berpartisipasi dalam Artjog 2025 tidak selalu sebagai seniman yang mendaftarkan karyanya, tetapi bisa membuat acara di sekitar arena Artjog, yakni di Jogja Nasional Museum.


CEO Artjog, Heri Pemad mengatakan keterlibatan untuk meramaikan seni bisa dengan cara merespons dan mendukung Lebaran Seni tersebut. Semua bisa ikut merayakan peristiwa seni ini dengan membuat peristiwa di Jogja dan sekitarnya.

Merespons dengan membuat event di sekitar Artjog 2025, menjadi sesuatu yang lebih lengkap dan beragam. Enggak harus berupa [kegiatan] seni rupa, enggak hanya seni, mungkin bisa menyulap acara di luar dugaan menjadi lebih berseni," kata Pemad dalam Sosialisasi Artjog 2025 Motif: Amalan di Pendopo Ajiyasa, Jogja National Museum, Kota Jogja, Rabu (20/11/2024) lalu.

Sementara untuk seniman yang hendak berpartisipasi dalam pameran, sosialisasi Artjog 2025 yang lebih awal agar peserta bisa menyiapkan karyanya dengan matang. Pemad mengatakan di gelaran yang sudah ke-18 tersebut, masih sering mendapat pertanyaan terkait karya yang masuk, karena itulah pihaknya berharap seniman muda bisa ikut proses seleksi, dengan melihat informasi yang ada di media Artjog.

Untuk memberikan gambaran tema dan lainnya, Artjog menghadirkan narasumber dalam sosialisasi yaitu Hendro Wiyanto (Kurator Tamu Artjog 2025); Ade Darmawan (seniman, kurator, dan anggota Ruangrupa); serta Singgih S. Kartono dan Santi Ariestyowanti (Penggagas Murakabi Movement). Artjog 2025, kata Pemad, bertema Motif: Amalan yang merupakan seri terakhir dari trilogi Motif.

Hendro Wiyanto mengatakan manusia melihat dunia dengan satu motif. Manusia tidak pernah hadir di dunia tanpa suatu motif atau gambaran tentangnya. Motif sebagai tindakan tidak pernah tunggal. Seseorang bisa saja ingin bertindak A, tetapi justru yang terjadi B. Bahkan Tindakan B bisa diartikan secara berbeda oleh orang lain, yang semakin memperbanyak penafsiran.

Sementara itu, Ade Darmawan mengatakan bahwa seniman selalu memiliki tantangan yang berbeda setiap zamannya. Apabila makna seniman sebagai orang yang memproduksi karya visual, maka mesin hingga kecerdasan buatan bisa lebih bagus dan produktif. Di samping itu, seniman juga perlu mengombinasikan dimensi-dimensi lain dalam berkarya. Karya tidak selalu dipajang di sebuah ruang dengan cara konvensional, justru seniman perlu memperkaya dimensi dalam berkarya.