DITENGAH suasana asri sawah dan mata air bening di lingkungan Umbul Besuki, Desa Ponggok Polanharjo Klaten pada siang hingga sore hari Mingg...
DITENGAH suasana asri sawah dan mata air bening di lingkungan Umbul Besuki, Desa Ponggok Polanharjo Klaten pada siang hingga sore hari Minggu (17/11/ 2024), harmoni musik etno dan Jazz mengalun selaras dengan alam. Melalui rangkaian acara Klaten Etno Jazz 2024, penonton diajak untuk merenungi pentingnya menjaga alam, dimana air bukan hanya sekedar sumber kehidupan, tetapi juga symbol ketahanan yang harus dilestarikan.
Pada perhelatan Klaten Etno Jazz Sawah 2024, penampilan-penampilan dari berbagai kelompok musik Jazz Indonesia dilakukan di panggung yang dikelilingi sawah, tanpa background artificial hanya dengan desain panggung yang natural dengan ranting pohon terabaikan yang tertata secara artistik.
Desain panggung yang tertata dengan natural simbolik dengan bagaimana Klaten Etno Jazz Sawah 2024 ingin mendekatkan jazz dengan khalayak rural pedesaan. Etno jazz sendiri sebagai genre sekarang posisinya mutakhir dalam domain music jazz di depan masyarakat jazz secara umum, dan jazz di wilayah pedesaan semakin jelas.
Acara ini merupakan kolaborasi WartaJazz, Komunitas Petani Muda Klaten, Desa Wisata Ponggok, Seroja Indonesia, bersama AQUA yang didukung sepenuhnya oleh Kementrian Kebudayaan dan Pemerintah Kabupaten Klaten.
Event ini diawali prosesi Drumband dari siswa-siswi SDN Ponggok, yang dilanjutkan oleh lantunan harmoni merdu dari nyanyian dan permainan Gejog Lesung Sekar Melati, dari Desa Cawas, Klaten yang menampilkan lagu-lagu karangan Ki Narto Sabdo. Kelompok ini kelihatan sekali cukup berpengalaman dalam mengolah lesung sebagai musik. Pada mulanya, lesung dipakai untuk menumbuk padi setelah di panen dari sawah untuk diproses menjadi beras. Kini lesung menjadi ensemble Gejog Lesung yang memukau publik.
Di lagu terakhir, mereka berkolaborasi dengan musisi sekaligus komposer Memet Chairul Slamet yang karya-karya eksperimentalnya sudah melalang buana pada perhelatan-perhelatan musik baik di dalam maupun luar negeri. Gejok Lesung Sekar Melati yang identik dengan musik kesuburan dan Musik Air by Memet Chairul Slamet menjadi tanda penting event ini. Keduanya adalah simbologi kedaulatan dan ketahanan pangan. Respon air dengan pendekatan musik yang cukup kontemporer, disisi lain Gejog Lesung adalah representasi rasa syukur petani atas kelimpahan kesuburan tanah.
Klaten Etno Jazz Sawah 2024 dilanjutkan dengan ucapan selamat datang dan kata sambutan dari Tuan Rumah, Kepala Desa Ponggok Junaedhi Mulyono dirangkai sepatah kata dari inisiator Klaten Etno Jazz Sawah Agus Setiawan Basuni dari WartaJazz.
Masih dalam sesi yang sama, Perwakilan dari musisi penampil Klaten Etno Jazz sawah 2024 menerima merchandise unik berupa beras Rojolele Srinuk yang disampaikan kepada Purwanto (Vertigong), Memet (Musik Air), Mukhlis Anton (Smara Tantra), Ucok Vippucang (Fjazz Surabaya mewakili Komunitas Jazz Indonesia), Harly Yoga Prdana (Keroncong Jazz Lastarya) didampingi Yusuf Murdani dari Komunitas Petani Muda Klaten dan Rama Zakaria dari Danone-AQUA selaku kolaborator. Merchandise beras teserbut juga dapat dibeli oleh penonton yang hadir di Klaten Etno Jazz 2024, menjadi simbol ketahan pangan yang menjadi tanggung jawab bersama.
Setelah itu seremoni pembukaan secara resmi dilakukan dengan memukul kentongan dari bambu dengan irama tak beraturan namun membentuk harmoni bunyi
Berikutnya Memet Chairul Slamet tampil di bibir kolam Umbul Besuki tidak hanya dengan alat musik, tapi juga beberapa atribut seperti kaleng, infus, botol-botol toples berisi air yang menjadi “alat musik baru” dan menjadikan itu semua sebagai sumber bunyi yang yang disintesiskan dalam sequencer musik digital. Empat komposisi eksperimental berjudul “Water and I” yang di bawakan bersama Joko Gombloh (bass) dan Adi Wijaya (keyboard) diatas kolam Umbul Besuki memberikan nuansa baru pada konsep jazz hari ini.
Komunitas Jazz Indonesia yang diwakili oleh Pilipe Solo Jazz Activity komunitas musik yang mewadahi musisi maupun penikmat musik jazz di kota Solo membawakan lagu-lagu standar jazz seperti “the Girl From Ipanema” dan menjadi jembatan bagi ekspresi-ekspresi etno jazz yang ada di antara wilayah rural dan urban. Etno jazz atau boleh disebut world jazz adalah genre baru yang sedang memiliki daya pikat kuat bagi musisi dan penikmat musik jazz.
Berikutnya ada kelompok-kelompok yang mengambil musik tradisional dan memadukannya dengan musik jazz kontemporer, dan selama ini telah cukup dikenal publik luas dan tampil di forum-forum nasional dan dunia. Ada Vertigong yang berangkat dari gamelan jawa, ada Smara Tantra yang menggali nuansa-nuansa musik nusantara, dan juga Keroncong Jazz Lastarya yang menjadikan keroncong sebagai fondasi untuk menawarkan performa jazz.
Keroncong Jazz Lastarya dari kota Yogyakarta menampilkan perpaduan harmoni nuansa Keroncong di dalam musik Latin Jazz di Klaten Etno Jazz 2024, melakukan eksplorasi karya-karya musik seperti “Cheek to Cheek” dalam ensemble Keroncong Jazz. Kelompok etno jazz Smara Tantra dari kota Solo membawakan musik tradisi dari berbagai daerah dalam ekspresi band Jazz, serasa bertamasya mengelilingi Nusantara.
Untuk penampilan puncak dari Klaten Etno Jazz Sawah 2024, Vertigong berkolaborasi dengan Silir Wangi dan Trie Utami. Bersama kawan-kawan pemusiknya di Vertigong, musisi dan komposer Purwanto melakukan eksplorasi musik tradisional Jawa mereka dalam bingkai musik Jazz. Kelompok asal Yogyakarta ini baru saja menyelesaikan Tour Eropa di bulan Agustus lalu.
Membersamai sajian harmoni keselarasan alam Vertigong di Klaten Etno Jazz 2024 adalah Silir Wangi, pesinden asal Klaten yang merupakan seorang eksplorer Vokal etnis terbaik yang dimiliki Indonesia, dan sudah melalang buana ke banyak panggung internasional. Satu lagi kolaborator yang membersamai Vertigong, Trie Utami, merupakan musisi asal Jakarta yang berpengaruh di Indonesia. Penyanyi dan komposer yang sudah berkarir hampir empat dekade ini dikenal sebagai vokalis grup Jazz legendaris Indonesia, Krakatau. Bersama Vertigong di Klaten Etno Jazz 2024, Trie Utami tampil membawakan lagu hitnya “Sekitar Kita” sambil mengajak penonton untuk saling bertegur sapa dengan kanan dan kirinya.
Dalam kesempatan Klaten Etno Jazz Sawah 2024, Purwanto memainkan gender sementara Trie Utami merespon dalam sebuah komposisi instan yang diberi judul 'Rojolele Srinuk'. Penampilan yang menjadi pamungkas pada, kolaborasi antara musisi-musisi Jazz terkemuka Indonesia, Vertigong dengan Silir Wangi dan Trie Utami, membawa pesan penting bagi bukan hanya dunia musik. Integrasi kedaulatan air dan ketahanan pangan dalam event musik adalah penanda musik selalu dekat dengan masyarakat dan lingkungannya.
Selama setengah hari ba'da luhur, Klaten Etno Jazz Sawah menempati posisi penting dalam forum-forum jazz yang sedang marak di tanah air. Jazz sawah barangkali yang pertama ketika jazz semakin hari semakin dekat dengan publik. Harapan besar dari Klaten Etno Jazz Sawah 2024 adalah mewujudkan harmoni musik dan alam di tengah suasana asri sawah, untuk menyadarkan tentang pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam.